Inilah Penyebab Terjadinya Tarif Interkoneksi

Sabtu, 02 Juni 20120 komentar

Tarif interkoneksi telah berlaku mulai 1 Juni 2012. Ada pro dan kontra soal ini, terutama soal kenaikan tarif SMS dan SMS Spam. Sebetulnya, aturan ini bukan hal baru. Aturan ini sudah ada sejak tahun 2006 tapi ditunda pelaksanaannya. Akhirnya untuk sementara diberlakukan sistem Sender Keep All (SKA). Pelaksanaan aturan tarif interkoneksi ditunda karena pada waktu itu para operator penyedia jasa telekomunikasi berpikir jika SMS bersifat dua arah atau saling berbalas. Jika seseorang mengirim SMS ke orang lain maka akan dibalas lagi.

Nyatanya, para operator malah menjadikan SMS sebagai alat promosi. Sebut saja XL Axiata dan Axis yang merupakan pelopor dalam pemberian promo SMS ke semua operator. Sejak itu, bermunculan promo-promo SMS murah bahkan gratisan. Malah ada operator yang menghadiahi pelanggannya dengan ribuan SMS gratis ke semua operator.

Dari situ muncul juga fenomena SMS Spam. Sebut saja SMS penawaran Kredit Tanpa Agunan, travel, penawaran kartu kredit baru, hingga SMS penipuan seperti Mama Minta Pulsa . Yang jadi masalah, SMS Spam tak bersifat dua arah karena si penerima merasa tak perlu membalas. Malah cenderung kesal dengan adanya SMS Spam.

Dari sudut operator, si penerima pasti kena imbas. Jaringannya jadi drop alias lemot. Tambah lagi, dari segi keuntungan operator yang menerima SMS tersebut tak mendapat apa-apa. Bagi operator besar yang punya banyak pelanggan hal ini tentu memberatkan . Sebab jumlah SMS yang masuk ke mereka pasti lebih banyak ketimbang operator kecil dengan jumlah pelanggan lebih sedikit.

Dengan latar belakang itu, pemerintah yang diwakili oleh Kementrian Kominfo memutuskan untuk memberlakukan tarif interkoneksi berbasis biaya. Tarif interkoneksi sendiri merupakan biaya yang harus dibayar operator pengirim SMS kepada operator yang menerima SMS. Sebelumnya, sistem yang dipakai adalah Sender Keep All (SKA) yang tidak mewajibkan operator pengirim SMS membayar kepada operator penerima SMS.

Ada pun batas atas tarif interkoneksi itu sebesar Rp 23 per SMS. Tapi pada prakteknya, tergantung pada kesepakatan para operator yang ingin menerapkan seberapa besarannya. Bisa saja di bawah Rp. 23 per SMS. Sebagai gambaran sederhana, pada sistem SKA, jika biaya SMS yang ditarik dari pelanggan Rp 150 per SMS maka semuanya akan masuk ke kocek operator pengirim. Operator yang menerima SMS tersebut tak mendapat apa-apa. Bagi operator yang punya pelanggan banyak, hal ini dianggap memberatkan. Mereka tidak mendapat apa-apa dari sekian banyak SMS yang diterima karena biaya SMS masuk semua ke kantong operator pengirim.

Tapi dengan adanya aturan interkoneksi, operator pengirim harus membayar Rp 23 kepada operator yang menerima SMS. Ibaratnya harus membayar tarif tol. Meski ada perubahan biaya antar pengirim dan penerima, Gatot S Dewabrata selaku Kepala Pusat Humas Kominfo berkata kalau aturan ini bisa membuat tarif SMS turun. Tak cuma itu, peredaran SMS Spam juga bisa dibendung.

Soal tarif, hingga kini belum ada kepastian dari operator mengenai perubahan tarif. Dari Indosat, Adrian Prasanto, Head of Public Relations PT Indosat mengatakan kalau Indosat tidak akan merevisi tarif dari promo yang sedang berjalan. Tapi mereka masih menggodok harga dan paket-paket yang disesuaikan. Sedangkan Daniel Horan selaku Chief Marketing Officer Axis mengatakan pihaknya tidak mau mengambil kesempatan menaikkan harga, meski belum menyebut angka pasti soal tarif yang akan berlaku setelah aturan interkoneksi dijalankan.Para operator sendiri telah diberi waktu lima bulan untuk mempersiapkan diri sejak pemerintah menetapkan tarif Rp 23 per SMS di bulan Desember 2011.

Sumber: http://www.teknoup.com/news/16663/ini-dia-penyebab-terjadinya-tarif-interkoneksi/

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. kayliekaynet - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger